Agus S Muntohar – Guru Besar bidang ilmu Geoteknik UMY
Dewan Eksekutif BAN-PT Kemdikbudristek
Top 2% Scientist Worldwide 2021-2022 by Stanford University
PWMU.CO – Setiap sekolah selalu menjadikan nilai UTBK, jumlah siswa yang lolos SNBT, jumlah siswa yang diterima di PTN sebagai indikator kesuksesan. Bangga? Tetapi tak satupun pengakuan sukses terhadap siswa yang diterima si PTS. Para guru dan sekolah rupanya memang digiring pada opini bahwa keberhasilan siswa adalah jika diterima di UGM, UI, ITB, dan kampus negeri yang top lainnya (bahkan poster tersebar di semua media sosial dan online).
Merekalah yang didefinisikan sebagai anak hebat (ya memang hebat). Tetapi di sinilah guru dan sekolah bertindak diskriminatif. Tak satupun ucapan poster bagi siswa yang diterima di PTS (mungkin ini dianggap aib bagi sekolah). Bahkan siswa yang diterima sebagai mahasiswa baru di Prodi Kedokteran yang baru buka di salah satu PTN dituliskan sebagai anak hebat. Padahal prodi ini belum terakreditasi (jika adapun hanya status terkareditasi sementara).
Ibu dan Bapak Guru, marilah mulai jujur mengatakan bahwa semua anak itu hebat. Apresiasilah dimanapun mereka setelah lulus SMA. Dalam dunia pendidikan tinggi, mutu dan reputasi perguruan tinggi tidak bisa hanya dikotomi bahwa PTN pasti unggul dan PTS di level bawahnya.
PTN dan PTS adalah milik bangsa, keduanya adalah aset nasional (respect kita pada keduanya). Kunci keunggulan pendidikan adalah pada terpenuhi standar nasional pendidikan oleh perguruan tinggi. Standar itu diukur melalui akreditasi. Apa arti Unggul? Sangat melampui standar nasional pendidikan yang dicirikan dengan SDM, tata kelola dan infrastruktur yang kuat dan mampu mengelolanya untuk berdaya saing internasional. Ada lebih dari 50 PTS yang mencapai akreditasi peringkat Unggul (bahkan beberapa telah menembus kelas dunia melalui pemeringkatan yang kredibel semacam QSStar, WUR dan THES).
Jumlah mahasiswa dalam 3 tahun terakhir rata-rata adalah 9 jutaan dari 280 jutaan penduduk. Anak-anak kita adalah anak-anak hebat, mereka adalah 3% terpilih untuk menuntaskan amanah menjadi insan yang cerdas, unggul, berakhlak mulia, bertaqwa. Mereka adalah anak-anak kita yang hebat.
Mari kita renungkan kembali fungsi dan tujuan pendidikan. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam teori strategic management apapun, tujuan adalah yang harus diukur. Sudahkah kita mengukurnya? Seharusnya UTBK juga mampu mengukur keimanan, taqwa, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggungjawab. Bukan hanya ditentukan oleh angka-angka matematis hasil Tes Skolastik dan Tes Literasi. Ini hanya mengukur penalaran terhadap penguasaan ilmu atau bisa saja kecakapan. Seharusnya praktik keagamaan untuk menjadi beriman, bertaqwa, berakhlaq, menjadi perhatian besar. Namun, sayang negara yang beragama ini belum mampu.
Mari kita jujur dan berani mengatakan semua anak-anak kita adalah anak-anak hebat dan berprestasi. Bukan hanya mereka yang menang lomba sains, lomba musik, lomba olah raga, tetapi juga mereka yang berakhlaq, jujur, menghormati, dan seterusnya.
Anak kita adalah anak hebat walau mereka memiih melanjutkan pendidikan di PTS. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah