
PWMU.CO – Dunia pendidikan pasti akan terus berkembang seiring dengan kebutuhan hidup manusia. Kurikulum pun sangat mungkin silih berganti, mengalami proses perbaikan dan penyempurnaan seiring tuntutan dunia kerja. Meski demikian, ada 3 (tiga) hal mendasar yang harus tetap ada dalam konteks pendidikan pada abad 21 ini, yaitu: penguatan karakter, pembudayaan literasi, dan pengembangan kompetensi terhadap beragam potensi.
Kaitannya dengan ajaran Islam, ketiga konsep fundamental itu tidak lepas akarnya dari Al-Qur’an dan Hadis. Dalam hal penguatan karakter, tidak terpisahkan dari tugas Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana dalam sabdanya, “li utammima makarimal akhlaq” (sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia)
Umar bin khattab mengingatkan pula, “Ta’addabu tsumma ta’allamu” yang artinya “beradablah terlebih dahulu, kemudian belajarlah”. Sedang Imam Malik juga memberikan pesan, “taaddabu qabla an tata’allamal ‘ilma” yang artinya “Pelajari adab sebelum kamu belajar ilmu.” Jika kita ambil benang merahnya, maka sesungguhnya betapa penting akhlak, adab, moral, juga karakter itu.
Sedangkan “pembudayaan literasi” merupakan konsep yang berkaitan dengan kemampuan untuk mendengar, melihat, dan mengolahnya dalam hati untuk diwujudkan dalam bentuk aksi atau tindakan.
Di Australia pengistilahannya dengan “Y Card“. Yaitu “sounds like, looks like, dan feels like“. Landasannya dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 78, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” Maksud dari ayat ini, bahwa seseorang tidak cukup hanya dengan memiliki pengetahuan, tetapi juga bagaimana mentransformasikan pengetahuan itu.
Pengembangan kompetensi
Proses transformasi pengetahuan ini yang salah satu target yang harapannya pada pendekatan deep learning.
Demikian juga terkait dengan pengembangan kompetensi. Sesungguhnya, seorang guru harus memiliki kekuatan fisik dan pikiran. Tak kalah penting adalah amanah dalam menjalankan tugas sebagai pendidik. Konsep tentang pengembangan kompetensi ini dapat merujuk pada Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 26.
Gagasan “Deep Learning” dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Prof Dr Abdul Mu’thi, MEd untuk pendidikan dasar dan menengah di Indonesia ini sangat cerdas. Menteri Dikdasmen tidak mendahulukan untuk menyebutnya kurikulum, tetapi lebih pada pendekatan yang berbasis kerangka kerja hingga goal apa yang akan dicapainya.
Dalam kerangka kerja deep learning, terdapat empat hal yang menjadi perhatian utama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Pertama, pengembangan kerangka pembelajaran yang menekankan pada praktik langsung, penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, pemanfaatan teknologi digital secara optimal, serta pembangunan kemitraan dalam proses pembelajaran.
Kedua, pengalaman belajar yang terdiri dari tiga siklus yang perlu memperoleh perhatian. Satu, memahami—yakni menangkap makna dari apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan, yang merupakan bentuk literasi sebagaimana disebutkan dalam Q.S. An-Nahl: 78. Dua, mengaplikasikan, yaitu menerapkan pemahaman tersebut dalam bentuk praktik nyata. Dan tiga, merefleksikan apa yang telah dilakukan sebagai upaya untuk perbaikan dan pengembangan secara berkelanjutan.
Ketiga, prinsip pembelajaran yang meliputi tiga hal. Mindful learning atau pembelajaran berkesadaran. Selain guru sadar tentang kondisi murid, juga sadar dengan membuat persiapan. Hal menjadikan murid sadar dan berkeinginan untuk belajar. Selanjutnya, meaningful learning, proses pembelajaran memberikan kebermanfaatan kepada siswa dalam kehidupan nyata. Tidak kalah penting adalah joyful learning, penyajian materi dengan cara yang menyenangkan.
Ketiga, prinsip pembelajaran mencakup tiga hal penting. Yaitu mindful learning atau pembelajaran berkesadaran, yaitu kondisi di mana guru tidak hanya menyadari keadaan murid, tetapi juga mempersiapkan pembelajaran dengan matang. Hal ini mendorong murid untuk lebih sadar dan termotivasi dalam belajar. Selanjutnya, meaningful learning, yaitu proses pembelajaran yang memberikan manfaat nyata bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, joyful learning, yakni penyampaian materi dengan cara yang menyenangkan sehingga menciptakan suasana belajar yang positif dan menggugah semangat belajar siswa.
Dan keempat, ada target lulusan yang istilahnya dimensi profil lulusan. Ada delapan target lulusan dari pendekatan deep learning ini, yaitu: iman dan bertaqwa, kewargaan, kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, kemandirian, kesehatan. Jika aktualisasi kerangka kerja ini praktiknya dengan sungguh-sungguh, hasilnya dahsyat.
Sebagai penutup, pembahasan mengenai deep learning dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadis menunjukkan bahwa meskipun teknologi ini merupakan produk modern, prinsip-prinsip dasarnya telah tersirat dalam ajaran Islam, seperti pentingnya ilmu, pembelajaran berkelanjutan, dan tanggung jawab moral dalam penggunaan pengetahuan. Islam mendorong umatnya untuk terus belajar dan menggali hikmah dari ciptaan Allah, termasuk melalui pengembangan teknologi mutakhir. Oleh karena itu, kemajuan dalam bidang deep learning hendaknya mengarah pada kemaslahatan umat dan sejalan dengan nilai-nilai etika sebagaimana dalam Al-Qur’an dan Hadis.(*)
Editor Notonegoro


0 Tanggapan
Empty Comments