Search
Menu
Mode Gelap

Warga Sipil Israel Raup Untung dari Penghancuran Gaza

Warga Sipil Israel Raup Untung dari Penghancuran Gaza
pwmu.co -
Gaza setelah di hancurkan oleh Israel. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO Ironi besar kembali menyeruak dari jalannya agresi Israel ke Jalur Gaza. Di balik reruntuhan bangunan dan duka warga Palestina, para operator alat berat sipil Israel justru mengantongi penghasilan fantastis dari penghancuran tersebut.

Dikutip dari Middle East Eye yang merujuk laporan harian ekonomi Israel, TheMarker (Kamis, 10/7/2025), warga sipil Israel yang mengoperasikan alat berat di Gaza bisa meraup bayaran hingga USD9.000 per bulan, atau setara Rp146 juta.

Jumlah itu berasal dari tarif harian sekitar 1.200 shekel atau Rp5,8 juta, yang dibayarkan oleh Kementerian Pertahanan Israel kepada pemilik alat berat. Militer Israel juga membayar sekitar 5.000 shekel per hari (Rp24,3 juta) kepada kontraktor penyedia alat berat.

Menariknya, tidak semua operator mengaku bekerja murni demi materi. Seorang operator yang diwawancarai mengaku, “Awalnya, saya melakukan ini untuk uang. Lalu, saya lanjut karena balas dendam. Tapi pekerjaan ini sangat berat dan tidak menyenangkan.”

Sang operator juga mengungkap bagaimana militer Israel cenderung bertindak sembarangan di lapangan. “Tentara tak bisa mengoperasikan alat berat dengan pintar. Mereka hanya ingin menghancurkan sebanyak mungkin tanpa memedulikan apa pun,” ucapnya.

Laporan tersebut menyebut militer Israel secara aktif mendukung penghancuran bangunan sipil Gaza. “Semakin cepat bangunan diratakan, semakin besar pemasukan pemilik alat berat,” tulis TheMarker.

Tak heran, iklan lowongan kerja operator alat berat meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir. “Setiap komandan sekarang ingin punya operator andal dan buldoser kuat di sisinya,” demikian pernyataan di laman resmi militer Israel.

Meski tentara Israel kerap memakai buldoser lapis baja D9, alat berat sipil tetap dikerahkan dalam jumlah besar untuk mendukung operasi penghancuran.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Namun, seorang prajurit cadangan mengungkapkan bahwa kendaraan-kendaraan sipil ini tidak dilengkapi lapis baja. Sebagai gantinya, perusahaan swasta disewa untuk melindungi mereka dari ancaman rudal dan penembak jitu.

Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut prajurit itu, aktivitas penghancuran ini “tidak memiliki tujuan militer yang jelas.”

Ketika Perang Menjadi Lahan Bisnis

Kisah ini menambah deretan realitas getir dalam perang berkepanjangan di Gaza. Di saat rakyat Palestina berjuang menyelamatkan nyawa dan sisa-sisa kehidupan mereka, sebagian warga Israel justru mengubah reruntuhan Gaza menjadi ladang bisnis.

Muhammadiyah senantiasa mengingatkan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap situasi. Perang bukanlah ladang mencari keuntungan, melainkan tragedi kemanusiaan yang harus segera diakhiri.(*)

Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan

Iklan Landscape Mim6tebluru

0 Tanggapan

Empty Comments