
Ketua MGBK Sidoarjo Jupiter Sulfian MSi sertifikat penghargaan sebagai pemateri kepada Zulkifli MPd, Senin (17/2/2025). (Sumardani/PWMU.CO).
PWMU.CO – Zulkifli SSosI MPd Guru BK dari SMA Muhammadiyah 3 Tulangan (Smamuga), tampil sebagai pemateri pengimbasan dalam pertemuan Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Sidoarjo.
Bertempat di SMA Negeri 1 Sidoarjo pada Senin (17/2/2025), Zulkifli membawakan materi dengan penuh semangat dan kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan.
Membawa topik krusial Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan, Zulkifli berhasil menggugah kesadaran para guru BK untuk lebih tanggap dalam menangani kasus kekerasan di sekolah.
Bersama Zulkifli, tampil juga Desta Triyoko S SPd dari SMA Negeri 1 Gedangan yang membawakan materi inspiratif mengenai Manajemen Stres. Acara ini dipandu dengan apik oleh moderator Taufiq Agustono MPd.
Penyampaian materi diawali dengan pemaparan dari Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes, dari Poltekkes Kerta Cendikia Sidoarjo tentang Manajemen Waktu untuk Kesuksesan Belajar Siswa.
Menghapus Kekerasan di Sekolah: Dari Kesadaran hingga Aksi Nyata
Mengutip materi dari Kanit IV Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Jatim, Kompol Melatisari, S.H., M.H., Zulkifli menegaskan bahwa kekerasan di lingkungan pendidikan bukan lagi hal sepele.
Ia menggambarkan berbagai bentuk kekerasan yang sering terjadi, mulai dari kekerasan fisik, verbal, psikologis, hingga kekerasan seksual yang sangat merugikan korban.
“Kekerasan di sekolah bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga sistem pendidikan kita. Jika kita tidak bertindak tegas, maka kita membiarkan generasi muda kita tumbuh dalam ketakutan dan trauma” ujarnya penuh empati.
Menurutnya, ada tiga faktor utama penyebab kekerasan di sekolah:
- Faktor Individu – Kurangnya keterampilan sosial, latar belakang keluarga yang bermasalah, dan rendahnya rasa empati menjadi pemicu utama.
- Faktor Lingkungan Sekolah – Budaya sekolah yang permisif terhadap kekerasan, lemahnya pengawasan, dan minimnya pendekatan persuasif dari pendidik.
- Faktor Sosial – Pengaruh lingkungan luar seperti tekanan ekonomi, ketidakadilan sosial, hingga pola asuh yang kurang mendukung.
Sebagai solusi, ia menekankan bahwa sekolah harus membangun budaya positif dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum. Selain itu, juga meningkatkan pengawasan ketat, dan memberikan pelatihan khusus kepada para guru tentang penanganan kasus kekerasan.
Zulkifli menekankan bahwa ada beberapa langkah konkrit yang bisa pihak sekolah ambil. Antara lain:
- Menanamkan empati di kalangan siswa, mengajarkan mereka pentingnya memahami perasaan orang lain dan menghargai keberagaman.
- Meningkatkan keterampilan sosial, membekali siswa dengan kemampuan komunikasi, kerja sama, dan penyelesaian konflik secara damai.
- Memperkuat sistem pengawasan, memastikan bahwa lingkungan sekolah aman dengan menerapkan aturan tegas bagi pelaku kekerasan.
Langkah Kuratif Kekerasan yang Terjadi
Adapun jika kasus kekerasan sudah terjadi, ia menyarankan tiga langkah utama sebagai berikut:
- Prosedur penanganan cepat – Melaporkan kejadian, melakukan investigasi menyeluruh, serta memberikan sanksi kepada pelaku agar ada efek jera.
- Dukungan psikologis bagi korban – Guru wajib memberikan pendampingan agar korban kekerasan dapat pulih secara emosional dan tidak merasa sendirian.
- Kerja sama lintas sektor – Sekolah harus berkolaborasi dengan orang tua, aparat hukum, serta lembaga terkait untuk memastikan penanganan kasus secara tuntas.
Tak hanya itu, Zulkifli juga menyoroti fenomena bullying yang semakin marak. Ia menjelaskan bahwa perundungan bisa berbentuk verbal, fisik, sosial, hingga cyberbullying. Menurutnya, dampak dari perbuatan tersebut bisa merusak mental siswa.
Ia mengingatkan bahwa bullying memiliki konsekuensi hukum sebagaimana tertuang dalam UU No. 35/2014 tentang Perlindungan Anak, yang mengancam pelaku dengan pidana hingga 3 tahun 6 bulan atau denda maksimal Rp72 juta.
Sementara itu, Desta Triyoko S SPd membahas Manajemen Stres. Ia memberikan wawasan tentang bagaimana stres dapat berdampak negatif bagi guru dan siswa, serta berbagai cara untuk mengelolanya dengan lebih baik.
Di samping itu, ia juga mengajarkan teknik relaksasi sederhana yang bisa terlaksana di sekolah untuk membantu siswa tetap fokus dan tenang.
Di akhir acara, Ketua MGBK Sidoarjo, Jupiter Sulfian MSi., menyampaikan pesan penting tentang kedisiplinan waktu.
Ia mengingatkan bahwa keterlambatan dalam menghadiri acara bukan hanya mencerminkan sikap kurang profesional. Tetapi juga berpotensi merusak citra guru BK di mata masyarakat.
“Kita ini panutan bagi siswa. Jika kita sendiri tidak disiplin dalam menghargai waktu, bagaimana kita bisa menjadi contoh yang baik?” tegasnya.
Dengan adanya forum ini, harapannya para guru BK semakin siap menghadapi tantangan dunia pendidikan modern. Serta mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan.
Penulis Sumardani, Editor Danar Trivasya Fikri