Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menunjukkan komitmennya dalam melahirkan lulusan arsitektur yang kreatif dan inovatif. Melalui Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik, digelar pameran akbar bertajuk EXIT 2025 dengan tema “Sintesis Narrative of Space”.
Acara ini berlangsung pada 12–13 September 2025 di Auditorium Mohammad Djazman, Kampus I UMS, dan berhasil menyedot perhatian sivitas akademika serta masyarakat luas.
Pameran EXIT bukan sekadar agenda rutin tahunan, tetapi merupakan sebuah ajang pertanggungjawaban akademik mahasiswa tingkat akhir setelah mereka dinyatakan lulus.
Dengan kata lain, EXIT menjadi penutup perjalanan panjang studi S1 yang diakhiri dengan karya nyata.
Setelah menyelesaikan serangkaian administrasi wisuda, para mahasiswa diberi kesempatan memamerkan karya terbaik mereka sebagai bentuk apresiasi, pengabdian, sekaligus media komunikasi ide dengan publik.
Ketua Panitia EXIT 2025, Faqih Faturrahim, menjelaskan bahwa tahun ini pameran menampilkan tidak kurang dari 145 poster dan 45 maket.
Seluruh karya merupakan hasil pemikiran dan eksplorasi mahasiswa dalam menjawab tantangan dunia arsitektur.
Tidak hanya menonjolkan estetika, karya-karya tersebut juga diolah menjadi studi kasus yang menawarkan solusi atas berbagai permasalahan ruang dan lingkungan.
“Dari berbagai karya yang ditampilkan, intinya adalah menciptakan ruang,” ungkap Faqih. “Ruang itu diharapkan tidak hanya berhenti pada bentuk fisik, tetapi juga menjadi dasar bagi lahirnya ide-ide baru yang terus berkembang.”
Pengunjung yang hadir dapat dengan bebas menjelajahi setiap karya, mengisi daftar hadir, hingga memberikan suara untuk memilih karya terbaik.
Interaksi langsung antara pengunjung dan karya diharapkan menjadi momen refleksi bersama mengenai bagaimana arsitektur dapat hadir sebagai solusi bagi kebutuhan masyarakat.

Bagi mahasiswa, EXIT 2025 bukan sekadar ajang memamerkan karya. Pameran ini menjadi saksi perjuangan panjang mereka menuntaskan tugas akhir, mulai dari riset, desain, hingga presentasi.
“Kami berharap, para pengunjung dapat melihat kerja keras kami selama menyelesaikan studi S1. Desain-desain yang ada bisa menjadi motivasi, bukan hanya bagi mahasiswa arsitektur, tetapi juga bagi mahasiswa dari program studi lain,” tambah Faqih.
EXIT juga menjadi ruang pembelajaran lintas disiplin, di mana kreativitas mahasiswa arsitektur dapat menginspirasi dan membuka perspektif baru bagi bidang keilmuan lain.
Fadhilla Tri Nugrahaini, ST, M.Sc, Koordinator Tugas Akhir sekaligus Sekretaris Prodi Arsitektur UMS, menekankan bahwa pameran ini memiliki dua fungsi utama.
Pertama, menjadi sarana implementasi ilmu pengetahuan yang selama ini dipelajari mahasiswa di bangku kuliah.
Kedua, sebagai media promosi dan pengenalan karya mahasiswa arsitektur kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya.
“Pameran ini diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata pada pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus menawarkan solusi terhadap berbagai permasalahan masyarakat,” jelas Fadhilla.
Dia juga menambahkan bahwa ke depan, pameran Tugas Akhir akan terus dikembangkan, baik dari sisi pengayaan konsep, keragaman media presentasi, maupun penguatan kolaborasi dengan masyarakat dan para profesional di bidang arsitektur.
Fadhilla menegaskan, EXIT seharusnya tidak hanya berhenti sebagai agenda internal kampus. Lebih jauh, dia berharap pameran ini dapat menjadi ruang kolaborasi dan komunikasi antara mahasiswa, dosen, praktisi, serta masyarakat luas.
Dengan begitu, karya-karya mahasiswa tidak hanya berhenti di meja akademik, tetapi benar-benar mampu memberi dampak nyata bagi kehidupan sosial, lingkungan, dan pembangunan kota.
“Harapannya, EXIT berikutnya dapat menjadi wadah yang lebih terbuka, inklusif, dan kolaboratif, sehingga arsitektur bisa semakin dekat dengan masyarakat,” pungkasnya.
Pameran EXIT 2025 pada akhirnya bukan hanya tentang poster dan maket, melainkan tentang gagasan. Gagasan yang lahir dari tangan-tangan muda, penuh semangat, dan siap mewarnai lanskap arsitektur Indonesia di masa mendatang. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments