Kehidupan manusia, apa pun tahapnya, selalu menghadirkan pertemuan dengan pengalaman baru. Bagi mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2025, awal perkuliahan bukan sekadar memasuki dunia akademik, tetapi juga sebuah babak baru yang akan mengubah cara pandang, sikap, dan arah masa depan.
Di tengah semangat menyambut hari-hari pertama kuliah, Wakil Rektor Bidang Pengembangan Universitas dan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK), Prof. Faris Al Fadhat, MA, Ph.D, menyampaikan pesan penting: lihatlah hidup seperti gelas setengah penuh, dan yakinlah pada rencana Allah SWT.
Pesan itu ia sampaikan dalam kegiatan Orientasi Studi Dasar Islam (OSDI) 2025 di Sportorium UMY, Selasa (23/9/2025).
Ribuan mahasiswa baru mendengarkan dengan khidmat, seakan mendapat bekal spiritual yang menenteramkan hati sebelum menapaki perjalanan panjang dunia kampus.
Faris menjelaskan, hidup bagaikan sebuah gelas berisi air. Ada orang yang memandangnya setengah kosong, namun ada pula yang melihatnya setengah penuh. Perbedaan cara pandang ini akan menentukan sikap kita dalam menghadapi realitas.
Orang yang melihat hidup sebagai gelas setengah penuh senantiasa mampu bersyukur. Dia tidak hanya fokus pada kekurangan, tetapi mampu melihat kesempatan yang masih terbuka.
Baginya, hal baik adalah air yang sudah memenuhi sebagian gelas—nikmat yang patut disyukuri. Sedangkan hal buruk atau tantangan, ia anggap sebagai ruang kosong yang justru bisa diisi dengan kerja keras, pengalaman baru, dan doa yang lebih khusyuk.
Filosofi ini sejalan dengan pesan Al-Qur’an dalam surat Ibrahim ayat 7: “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Dengan demikian, cara pandang positif bukanlah sekadar optimisme buta, melainkan kesadaran iman untuk mensyukuri apa pun keadaan hidup, serta keyakinan bahwa setiap ruang kosong dalam hidup adalah undangan dari Allah agar kita berusaha lebih baik.
Pesan kedua Faris adalah ajakan untuk percaya sepenuhnya kepada waktu dan rencana Allah SWT.
“Hidup mahasiswa tidak akan lepas dari ujian: tugas menumpuk, kegagalan nilai, konflik pertemanan, bahkan keraguan terhadap masa depan. Namun, di balik semua itu, ada rencana besar yang telah Allah tetapkan,” seperti dikutip dari laman resmi UMY.
Sejak seorang mahasiswa resmi menapaki gerbang kampus, kata Faris, sebenarnya Allah telah menitipkan rezeki dan nasib baik untuknya. Tidak ada yang kebetulan, semua adalah bagian dari skenario ilahi yang sedang berjalan.
Hal ini mengingatkan pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Dan juga sabda Rasulullah saw: “Ketahuilah, apa yang luput darimu tidak pernah ditakdirkan untuk menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak mungkin luput darimu.” (HR. Abu Dawud)
Dengan berpegang pada keyakinan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjalani hari-hari perkuliahan dengan sabar, ikhlas, dan penuh harapan. Jalan terjal bukan untuk melemahkan, tetapi untuk menempa.
Faris juga menyampaikan pesan menyentuh dari orang tua mahasiswa baru. Menurutnya, kehadiran mereka di Sportorium bukan hanya untuk mengantar anak-anak memasuki kampus, melainkan menitipkan harapan besar: melihat buah hati mereka kelak di ruang wisuda empat tahun mendatang.
Pesan ini sesungguhnya adalah amanah yang tak ternilai. Setiap langkah mahasiswa dalam menuntut ilmu bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk kebahagiaan orang tua, kebanggaan keluarga, dan kejayaan umat.
Akhir pesannya, Faris mengajak mahasiswa baru untuk menyongsong masa depan dengan semangat tinggi, tidak hanya sebagai insan akademik, tetapi juga sebagai kader Muhammadiyah yang membawa nilai-nilai Islam berkemajuan.
“Kampus hanyalah pintu awal. Yang lebih penting adalah bagaimana mereka menjelma menjadi pribadi terbaik, yang bermanfaat bagi masyarakat dan umat,” tegasnya.
Pesan Faris bukan sekadar nasihat kampus. Ia adalah cermin perjalanan hidup kita semua. Kita sering dihadapkan pada pilihan: melihat hidup sebagai kekurangan yang melelahkan, atau peluang yang menyemangati.
Kita sering diliputi keraguan tentang masa depan, padahal Allah telah menyiapkan skenario terbaik.
Bagi mahasiswa baru, pesan ini adalah kompas. Bagi kita semua, ia adalah pengingat: syukur dan tawakal adalah dua sayap yang membuat hidup lebih ringan dijalani.
Dengan bersyukur, hati lapang menerima kenyataan. Dengan yakin pada rencana Allah, jiwa tenang menghadapi masa depan.
Maka, lihatlah hidup dengan mata syukur. Anggaplah setiap ruang kosong dalam gelas kehidupan sebagai kesempatan untuk berjuang. Dan percayalah, di balik semua yang terjadi, Allah sedang menulis takdir terindah untuk kita. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments