
PWMU.CO – Harapan gencatan senjata 60 hari antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu. Pasalnya, Israel bersikeras mempertahankan kehadiran militernya di Gaza selama masa jeda tersebut.
Seorang pejabat Israel, yang tak ingin disebutkan namanya, menyatakan bahwa keberadaan tentara di wilayah Gaza, termasuk di koridor Morag, merupakan bagian dari strategi keamanan yang tak bisa dinegosiasikan. Hal ini disampaikan kepada Associated Press, Kamis (10/7/2025).
Koridor Morag—jalur timur-barat di Gaza yang dikuasai Israel—dianggap krusial dalam upaya mengarahkan ratusan ribu warga Palestina ke selatan, menuju daerah sempit di dekat perbatasan Mesir yang disebut sebagai “kota kemanusiaan.”
Namun, langkah ini memicu kekhawatiran serius dari komunitas internasional dan para pengamat HAM. Banyak yang menilai, itu sebagai bentuk relokasi paksa yang mengancam eksistensi dua juta penduduk Gaza.
Hamas, yang masih menyandera puluhan warga Israel, menegaskan bahwa satu-satunya jalan menuju gencatan senjata permanen adalah penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Mereka menyebut keberadaan militer Israel sebagai bentuk pendudukan yang tak dapat ditoleransi.
Sebagai bagian dari usulan gencatan senjata, kedua pihak akan menghentikan serangan selama 60 hari.
Dalam masa ini, diharapkan proses pembebasan sandera berlangsung dan bantuan kemanusiaan dapat mengalir lebih deras ke Gaza yang tengah porak-poranda.
Namun, keinginan Israel mempertahankan pasukan di koridor tersebut telah berulang kali menghambat kesepakatan. Bahkan hingga kini, Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak memberikan komentar resmi terkait peran koridor Morag dalam proses perundingan.
Sementara itu, Netanyahu sedang berada di Washington, Amerika Serikat, untuk membahas rencana gencatan senjata dan agenda lainnya bersama Presiden Donald Trump.
Pemerintah AS mendesak agar kedua belah pihak segera menghentikan konflik dan mengedepankan solusi kemanusiaan. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan


0 Tanggapan
Empty Comments