Search
Menu
Mode Gelap

Prof Biyanto: Generasi Hebat Indonesia Dimulai dari Kelas

Prof Biyanto: Generasi Hebat Indonesia Dimulai dari Kelas
Prof. Biyanto saat menyampaikan tausiyah di Ahad Pagi Pusat Dakwah Muhammadiyah Jember. Foto: Tangkapan layar Youtube
pwmu.co -

Pendidikan bukan sekadar urusan menambah pengetahuan, tetapi jalan membangun kehidupan yang lebih baik.

Hal ini ditegaskan oleh Prof. Biyanto, M.Ag, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim , saat menyampaikan tausiyah di hadapan Pengajian Ahad Pagi Pusat Dakwah Muhammadiyah Jember yang didokumentasikan di kanal Youtube Lazismu Jember.

Biyanto menegaskan, pendidikan yang bermutu akan melahirkan manusia unggul, berakhlak, sekaligus menjadi modal kemajuan bangsa.

“Pendidikan adalah cara kita menyiapkan masa depan. Nabi pun menegaskan bahwa beliau diutus untuk menjadi pendidik—innama bu’itstu mu’alliman,” ujar Prof. Biyanto membuka tausiyahnya.

Menurut Biyanto, inti dari mutu pendidikan terletak pada guru. Ia mengapresiasi langkah pemerintah melalui Kementerian Pendidikan yang kini dipimpin oleh Prof. Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, yang memberi perhatian besar pada kesejahteraan dan kompetensi guru.

“Kunci pendidikan yang bermutu adalah guru. Kalau gurunya tidak sejahtera, tidak berkompeten, dan tidak mau belajar, pendidikan kita tidak akan bisa maju,” tegasnya.

Dia juga menyinggung program revitalisasi ruang kelas (Revit) yang kini digulirkan. Sekolah-sekolah Muhammadiyah bisa mengajukan proposal agar mendapat bantuan perbaikan sarana.

“Kalau tahun ini belum dapat, insyaAllah tahun depan akan ada giliran,” ujarnya optimistis.

Dalam tausiyah yang hangat itu, Biyanto mengutip hadis Nabi yang menyatakan bahwa siapa pun yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, dia berada di jalan Allah hingga kembali.

Karena itu, aktivitas belajar-mengajar di sekolah maupun taklim di masyarakat disebutnya sebagai bagian dari jihad.

“Kalau kita mengajar dengan sungguh-sungguh, itu jihad. Kalau kita aktif di Muhammadiyah dan Aisyiyah dengan penuh dedikasi, itu juga jihad,” ujarnya.

Untuk menegaskan pentingnya pendidikan, Biyanto mengajak jamaah melihat contoh bangsa lain. Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok menjadi bangsa maju karena berinvestasi besar di bidang pendidikan.

Dia lalu menuturkan kisah Kaisar Hirohito pascaperang dunia, yang saat Jepang luluh lantak konon bertanya: “Masih ada berapa guru yang hidup?” Pertanyaan itu menjadi dasar kebangkitan Jepang.

Iklan Landscape UM SURABAYA

“Negara maju menaruh perhatian besar pada guru. Jepang bisa bangkit karena gurunya dihormati dan diberdayakan. India juga bisa maju karena menyiapkan pendidikan di bidang IT, hingga warganya jadi pimpinan perusahaan teknologi besar,” papar Prof. Biyanto.

Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah memang menjadikan pendidikan sebagai corak utama gerakannya. Kiai Dahlan mendirikan sekolah Muhammadiyah pada 1911, jauh sebelum mendirikan persyarikatan secara resmi pada 1912.

“Itu bukti bahwa jalan paling strategis untuk memajukan bangsa adalah pendidikan,” ujar Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Biyanto juga menyinggung kiprah PWM Jatim yang pernah membantu 23 anak tanpa dokumen asal Malaysia agar bisa bersekolah di Muhammadiyah. Tanpa akses pendidikan, pilihan mereka hanyalah menikah dini dan bekerja kasar di kebun sawit.

“Tapi dengan sekolah, masa depan mereka bisa berubah,” tambahnya.

Meski demikian, tantangan pendidikan di Indonesia masih besar. Biyanto menyoroti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah, terutama dari sisi rata-rata lama sekolah.

Saat ini, warga Indonesia baru 9,7 tahun atau setara lulus SMP, sementara Singapura sudah mencapai 15 tahun.

“Kalau kita hanya lulus SMP, kita tidak bisa bersaing. Karena itu pemerintah menetapkan wajib belajar 13 tahun, dari PAUD sampai SMA,” ungkapnya.

Biyanto juga mengingatkan pentingnya empat pilar pendidikan yang diperkenalkan Prof. Abdul Mu’ti.

Pertama, keluarga sebagai madrasah utama. Kedua, sekolah sebagai rumah kedua. Ketiga, masyarakat yang kondusif untuk tumbuhnya budaya belajar. Keempat, negara dengan kebijakan yang mendukung.

“Kalau empat pilar ini berjalan bersama, insyaAllah pendidikan kita melahirkan generasi emas. Generasi yang bukan hanya cerdas, tapi juga berakhlak mulia,” pungkasnya. (*)

Iklan Landscape Mim6tebluru

0 Tanggapan

Empty Comments