Suasana religius mewarnai Rapat Kerja Pimpinan Daerah (Rakerpim) II Aisyiyah Kabupaten Gresik di Batu Malang, salah satunya melalui kultum salat Subuh tentang pentingnya kekhusyukan dalam ibadah, Sabtu-Ahad (20-21/9/2025)
Kegiatan ini diikuti 85 persen dari Pimpinan Harian dan Badan Pembantu Pimpinan Daerah Kabupaten Gresik. Mereka yang tidak hadir disebabkan udzur syar’i.
Qiyamul lail dan salat Subuh berjemaah menjadi salah satu agenda kegiatan yang diselenggarakan di Royal Batu Hotel.
Pukul 02.30 WIB, peserta sudah hadir di lantai tiga yang disiapkan untuk salat berjemaah. Tepat pukul 03.05, salat qiyamul lail dimulai dengan imam dari Anggota Majelis Tabligh, Riza Agustina M.Pd.
Sambil menanti salat Subuh, kegiatan diisi kultum oleh Nur Fadhilah M.Pd Korbid Majelis Tabligh dan Ketarjihan PDA Gresik.
Nur Fadhilah, sebelum menyampaikan kultum, membuka dengan menjelaskan perbedaan makna khusyuk dan tuma’ninah.
Ia menyampaikan bahwa tuma’ninah adalah melakukan gerakan dengan tenang, tidak tergesa-gesa. Sedangkan khusyuk adalah menghadirkan hati ketika salat.
“Tidak mudah melakukan keduanya, butuh niat dan menata hati,” kata Nur Fadhilah sebelum menjelaskan lebih panjang.
Khusyuk adalah kondisi hati yang tenang di hadapan Allah. Inilah kunci utama ibadah yang bermakna. Bahkan Al-Qur’an menyebutkan orang yang khusyuk dalam salat adalah orang-orang yang beruntung. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.” (QS. Al-Mu’minun: 1–2)
Kekhusyukan dalam salat akan terjadi pada orang yang mengkhususkan hatinya untuk salat tersebut. Hatinya tertuju hanya kepada Allah.
Ia merasa ini adalah salat terakhirnya. Ia merasa berdialog dengan Allah sehingga hatinya dekat dengan Allah (muraqabah).
Tujuh Langkah Jadikan Shalat Khusyuk
“Dan bagaimana supaya salat kita bisa khusyuk?”
Ia pun menjelaskan tujuh langkah agar salat tetap khusyuk.
- Harus wudu yang sempurna, tidak asal-asalan, benar-benar sesuai yang dicontohkan Rasulullah.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak berdiri melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. (QS. Al-Ma’idah [5]: 6) - Memahami dan menghayati bacaan dalam salat.
- Meninggalkan kesibukan dunia.
- Tidak tergesa-gesa.
- Pandangan ke arah sujud.
- Salat tepat waktu.
- Menganggap salat ini adalah salat terakhir.
Di akhir kultum, Nur Fadhilah mencontohkan bagaimana gerakan salat yang khusyuk dan benar serta mengajak untuk melakukan salat dengan benar dan khusyuk setiap saat.
Setelah kultum, dilanjutkan salat Subuh lalu ditutup dengan membaca zikir dan doa menggunakan buku Panduan Ibadah yang diterbitkan Pimpinan Pusat Aisyiyah. Pembacaan buku ini dipimpin oleh Wakil Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan, Dra. Masudah.


0 Tanggapan
Empty Comments