Search
Menu
Mode Gelap

Ketua PWM Jatim: Jabatan Itu Bukan Hak, tapi Titipan Tuhan

pwmu.co -
Dr dr Sukadiono ketika siaran langsung dalam Radio Suara Surabaya (Huda/PWMU.CO)

PWMU.COKetua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr dr H Sukadiono MM mengungkapkan bahwa menjaga amanah itu terasa “gampang-gampang susah.” Hal ini disampaikannya dalam bincang malam bersama Bintang di program Lazuardi Suara Surabaya, Sabtu (11/5/2025) malam.

Pria yang akrab disapa Pak Suko ini saat ini mengemban dua amanah besar sekaligus: sebagai Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI, dan Ketua PWM Jatim 2022-2027.

“Sebenarnya amanah itu berat. Karena bukan kita yang mengatur, tapi tangan-tangan Tuhan yang memilihkan posisi ini. Tapi, selama kita punya kompetensi dan komitmen, insyaallah akan diberi kemudahan,” ujar Pak Suko.

Antara Kepentingan Pribadi dan Institusi

Pak Suko menegaskan bahwa tantangan utama dalam menjaga amanah justru datang dari diri sendiri. Yakni bagaimana membedakan kepentingan pribadi, keluarga, dan institusi.

“Kalau jabatan kita pakai untuk kepentingan pribadi, itu jelas penyimpangan. Tapi kalau kita fokus untuk memajukan institusi dan memberi manfaat, insyaallah kita ditolong Allah,” jelasnya.

Menurutnya, seseorang bisa dinilai layak menerima amanah jika memiliki komitmen dan profesionalisme. “Kalau tidak sungguh-sungguh, jabatan bisa jadi beban. Tapi kalau kita punya kapasitas dan menjalankan dengan sungguh-sungguh, maka itu akan jadi jalan kebaikan,” ujarnya.

Kepemimpinan: Latihan atau Karakter Bawaan?

Menjawab pertanyaan apakah kemampuan menjaga amanah merupakan bawaan karakter atau bisa dilatih, Dr dr Sukadiono MM memberikan analogi khas Jawa, “Watak dengan watuk (batuk) itu beda. Kalau watuk gampang diobati, tapi kalau watak apalagi akhlak yang kurang baik itu lebih sulit dibentuk.”

Menurutnya, pelatihan kepemimpinan bisa dilakukan dan memang banyak orang sukses karena dilatih, tetapi membentuk karakter dan akhlak memerlukan proses yang jauh lebih lama dan mendalam.

Ia mencontohkan banyak kasus di mana seseorang tetap mengulangi pelanggaran meski sudah diberi amanah dan peringatan. Karena itu, dalam pengangkatan jabatan, karakter harus menjadi pertimbangan utama.

“Kita harus tahu bagaimana karakter orang itu dalam kesehariannya dan bagaimana ia menjalankan amanah kecil sebelumnya. Kalau terbukti sungguh-sungguh dan bisa mempertanggungjawabkan tugasnya, maka ia layak diberi amanah yang lebih besar,” tandasnya.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Tanggapan Kriminolog: Pelanggaran Amanah adalah Kejahatan Sosial

Dalam sesi interaktif, seorang pendengar bernama Pak Prio dari Malang yang berlatar belakang kriminologi menyampaikan pandangannya. Ia menyebut, orang yang melanggar amanah termasuk pelaku deviant behavior atau penyimpangan sosial.

“Bagi saya, korupsi itu bentuk penyalahgunaan amanah. Jadi, pelanggaran amanah itu bukan sekadar kejahatan hukum, tapi juga kejahatan sosial. Karena melanggar norma masyarakat,” ujarnya.

Pak Prio menyederhanakan rumus kejahatan dengan formula: niat dan kesempatan kemudian lemahnya kontrol diri. Jika seseorang memiliki niat menyimpang, mendapat posisi strategis, dan lemah dalam kontrol diri, maka akan rentan menyalahgunakan amanah.

Pelanggaran Amanah dan Dampak Sosial

Senada dengan Prio, Sukadiono turut menyoroti bahwa pelanggaran amanah yang disebut perilaku menyimpang tidak hanya berdampak secara institusional, tetapi juga sosial dan moral. “Setiap pelanggaran pasti ada dampaknya, baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun mitra kerja institusi,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahwa banyak kerugian tidak langsung yang bisa terjadi ketika pemimpin tidak menjaga amanah. “Ketika target tidak tercapai karena kita tidak sungguh-sungguh, itu merugikan lembaga. Dan kalau ada penyalahgunaan jabatan, maka jelas akan menimbulkan kerugian yang lebih luas, termasuk pada masyarakat,” tambahnya.

Maka dari itu, menjaga amanah harus dilandasi dengan komitmen yang kuat, profesionalisme yang tinggi, dan tanggung jawab yang menyeluruh. “Kalau kita amanah, insyaallah Allah akan memudahkan jalan kita,” pungkasnya. (*)

Penulis M Tanwirul Huda Editor Azrohal Hasan

Iklan Landscape Mim6tebluru

0 Tanggapan

Empty Comments