Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Riyan Beltra Delza menyampaikan pesan mendalam kepada seluruh kader IMM Malaysia dalam agenda pelantikan Pimpinan Cabang Luar Negeri (PCLN) IMM Malaysia Periode 2025–2027 di Rumah Hamka Malaysia, Sabtu (11/10/2025).
Dalam sambutannya, Riyan menekankan tiga hal penting yang harus dimiliki setiap kader IMM, yakni ketajaman berpikir, kekokohan tekad, dan kehalusan perasaan.
“Kader IMM harus tajam pikirannya. Tajam, kenapa harus tajam? Karena dia harus mampu melihat kondisi realitas yang ibarat kenyataan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, ketajaman berpikir itu harus diimbangi dengan kemauan yang kokoh dan visi yang jelas agar kader tidak mudah goyah dalam menghadapi tantangan zaman.
“Kadang-kadang kita harus punya visi yang jelas, harus punya tekad yang kuat di tengah arus gelombang cobaan,” lanjutnya.
Selain berpikir tajam dan berkemauan kuat, Riyan juga menekankan pentingnya memperhalus perasaan. Baginya, kader IMM harus mampu beradaptasi dalam berbagai situasi tanpa kehilangan prinsip dan jati diri.

“Memperhalus perasaan itu berarti kita harus bisa beradaptasi. Dimanapun kondisinya, kadang-kadang dituntut untuk beradaptasi. Orang bilang, gimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Tapi bukan berarti kita kehilangan penyeliaan,” jelasnya.
Riyan menegaskan bahwa sikap adaptif menjadi pembeda antara intelektual biasa dengan intelektual progresif, sebagaimana semangat yang terus diwariskan oleh IMM.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung nilai kualitas dalam setiap aktivitas kader IMM. Ia mengutip Al-Qur’an yang mengajarkan pentingnya melakukan amal dengan sebaik-baiknya, bukan sebanyak-banyaknya.
“Kalau IMM melakukan kegiatan, upaya kekualitasnya. Karena dalam Al-Qur’an disebut ahsanu ‘amala—yang terbaik amalnya, bukan yang terbanyak,” tuturnya.
Riyan kemudian mengutip pesan Buya Hamka untuk mengingatkan kembali tentang makna perjuangan dan kerja yang bernilai.
“Kalau hidup hanya sekadar hidup, ayam juga hidup. Kalau bekerja hanya sekadar bekerja, kerbau di sawah juga bekerja,” ujarnya, mengutip Buya Hamka.
“Jadi kalau hanya sekadar menjadikan IMM gagah-gagahan saja, saya kira menjadi mahasiswa biasa saja sudah cukup. Tapi ketika teman-teman memilih menjadi Dahlan-Dahlan muda, menjadi Walidah-Walidah muda, maka tantangan yang ada harus diselesaikan dengan kegiatan yang berkualitas,” pungkasnya. (*)

0 Tanggapan
Empty Comments